Koloni Kepak

Pagi ini, kerajaan Panglima Kepak sudah terlihat sibuk. Mayor-mayor koloni kepak yang biasanya jarang terlihat di pusat pemerintahan, kini sudah memenuhi sebuah ruangan rapat. Suara riuh mendominasi ruangan itu. Hingga terdengar suara bariton yang membuat mereka seketika terdiam.
"Selamat pagi. Mari kita mulai rapat ini."
Panglima kepak adalah raja dari koloni bangsa Kepak. Ia memiliki suara berat, ditopang dengan bentuk tubuhnya yang proporsionis. Sayapnya berwarna hitam keabu-abuan melintang sangat gagah, menambah kharismanya. Ya, Panglima Kepak adalah Merpati.

Rapat kali ini rupanya membahas persoalan global, yang sudah kelewat jauh merasuki kawasan Kepak. Globalwarming. Kawasan Kepak mulai mengalami dampaknya. Seperti suhu bumi yang terasa begitu terik disiang hari. Asupan air hujan yang tidak bisa lagi di prediksi dengan tepat, hingga kerontangnya istana dan rumah mereka perlahan.

"Interupsi, Panglima. Tapi kami tidak akan mungkin bisa mengubah cuaca bumi, bukan?" Ucap seorang mayor yang bernama Jake.
Jake adalah mayor Buzz. Pemimpin yang mengepalai koloni lebah dan kupu-kupu. Masih muda, tapi pemikirannya cukup bijak. Itulah mengapa ia bisa diangkat menjadi mayor diusianya yang terbilang muda.

Bukannya marah, Panglima Kepak justru menjawab pertanyaan ragu dari Jake dengan tenang.
"Memang. Aku juga tidak menyuruh kalian untuk mengubah cuaca bumi. Itu bukan kuasa kita.." jedanya dengan penuh wibawa.
"Tapi kita harus melakukan sesuatu untuk mengurangi dampaknya. Tujuanku memanggil kalian, selaku mayor koloni kalian masing-masing adalah untuk mengerahkan pasukan kalian" Yang diiringi anggukan kepala para mayor.

Panglima Kepak rupanya sudah memiliki rencana.
"Jake, perintahkan seluruh pasukanmu untuk menghisap nektar bunga sebanyak-banyaknya dan menebar putik-putik yang mereka bawa kesegala penjuru. Jangan khawatir mengenai Bangsa Mahkota, karena aku dan mereka sudah memiliki kesepakatan." Perintah pertama yang ditujukan kepada Jake langsung disanggupi oleh Jake seketika.

"Mayor Kito.."
Mayor kito adalah pemimpin koloni nyamuk. Biarpun tubuhnya tak sebesar nyamuk lain, namun ia cukup cerdik dan lincah. Itulah kelebihannya.
"Tugasmu adalah mengamati musuh terbesar kita. Kau tahu kan, mereka sering kali menebar racun dilingkungan kita. Kerahkan pasukanmu untuk mengganggu mereka, dengan cara menghisap darahnya. Buat puntung beracun itu jatuh, atau sekedar buat mereka pergi dari lingkungan kita." Seringainya.

Ya, musuh terbesar Koloni Kepak adalah manusia. Terutama perokok. Manusia seringkali merokok dibawah pohon, yang menjadi istana bagi Koloni Kepak. Membuat penghuni kawasan Kepak benar-benar terganggu.

"Baik Panglima. Aku juga akan berupaya memerintahkan pasukanku untuk mempercepat pertumbuhan jentik-jentik agar bisa secepatnya menjadi nyamuk." Ucap Mayor Kito.
Nyamuk di Koloni Kepak memang hanya menghisap darah orang yang merokok saja. Bisa dibilang, mereka adalah nyamuk vegetarian. Tidak sembarang menghisap darah manusia. Tenang saja, mereka tidak akan keracunan, karena mereka memiliki gen penolak racun yang dibawa oleh darah si perokok itu.

"Bagus. Dan yang terakhir adalah koloni burung. Albert, kerahkan pasukanmu untuk mengawasi anggota koloni lainnya yang tengah bertugas. Sebagian nya lagi, kerahkan untuk memungut puntung beracun itu. Serahkan kebagian daur ulang. Biar para betina yang mengubahnya menjadi bahan baku untuk membuat rumah (sarang) penduduk." Lanjut Panglima Kepak.
"Baik panglima. Saya mengerti" Ucap Albert yang merupakan burung jenis pipit. Badannya yang lebih besar dari koloninya, serta perawakannya yang berwibawa membuatnya lebih menonjol dibanding anggota koloni lainnya.

"Aku tunggu laporan kalian sebulan dari sekarang." Dengan demikian, rapat ditutup.
Seluruh mayor meninggalkan ruangan rapat, dan langsung segera menjalankan misinya.

Sebulan berjalan, rencana yang dibuat berpengaruh besar terhadap kawasan Koloni Kepak. Pohon yang menjadi sentral pemerintahan mulai ditumbuhi dedaunan baru, udara lebih segar dan tidak sepanas biasanya. Bunga-bunga pun mulai tumbuh dengan cantiknya menghiasi lingkungan sekitar.
Bahan makanan pun menumpuk. Sangat cukup untuk persediaan musim hujan tahun depan.

Manusia. Mereka lari kocar-kacir menahan kesal karena rasa gatal yang diperoleh dari gigitan koloni nyamuk. Puntung rokok yang telah banyak dikumpulkan, diubah menjadi bahan baku rumah mereka. Dan dibagikan secara cuma-cuma.

Prinsip hidup di Koloni Kepak adalah kenyamanan, dan kerjasama yang kompak. Dengan begitu, lingkungan mereka akan terus terjaga dari gangguan manusia penebar racun nikotin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Novel William Karya Risa Saraswati

Thing You Can't Hold It on

T text.