Review Novel William Karya Risa Saraswati

Hello!
Sebelumnya, ini postingan pertama saya sejak dua tahun vakum di blog. Kedua, saya datang sekarang bawa hasil!! (Yeayyy!!!!)

Saya mau review novelnya Risa Saraswati (Teh Risa). Judulnya WILLIAM. Baru rilis tahun ini. Kalau Teh Risa bilang di halaman awal (like acknowledgement kalau di skripsi: LOL ketauan banget mahasiswa tingkat ujung ), novel ini selesai ditulis bulan Februari 2017. Sesaat sebelum Nenek beliau meninggal dunia.
Masih tahun ini. Masih fresh lah yaaa.




Okay. Let us start now!

Jujur, awal tau cerita Teh Risa dan kelima sahabat hantunya yang sudah sangat terkenal itu, saya jatuh hati pada Janshen. Si kecil ompong (Kalau kata Teh Risa). Tapi, rasa penasaran saya kemudian tumbuh ketika melihat cover novel William ini.
Jujur saja, saya ini tipikal the person who judge the book by the cover! Kalau covernya menarik, balik belakang liat sinopsisnya. Kalau dari cover saja gak menarik, jangankan sinopsis, liat barcode harga plus iming-iming diskon besar saja saya malas .
Novel ini, depannya saja sudah bagus. Gambar sketsa William, dengan Biola kesayangannya yang ia beri nama Nouval.

Well, dari segi cover novel ini gak ribet. Gak main tone warna yang banyak. Terus, warnanya ceraaaaahhh. (Karena stereotip saya menganggap bahwa cerita ini horor, identik dengan warna gelap kan ya biasanya. Tapi khusus untuk WILLIAM ini, engga). I love it, seriously. Apalagi melihat wajahnya yang tampan . (P.S. Will--sapaan akrab William--memang tampan kok!)

Then, masuk ke cerita.

Jadi, sebelum baca keseluruhan cerita William Van Kammen ini, saya sudah jauh lebih dulu baca blognya Teh Risa. Jadi sedikitnya taulah tentang kelima sahabat ciliknya itu. Hans, Hendrick, Peter, William, Janshen, (saya gak urutkan sesuai usia mereka). Terus, hasil dari kepo-kepo blognya Teh Risa, terbentuklah imej Will yang pendiam juga jalan pikirnya yang dewasa, bijaksana. Jauh dari usianya.

Karena saya ini orangnya 'kerajinan'. Saya kepikiran kan, "ini pasti ada apa-apanya nih makanya si William ini sampe jadi pribadi seperti itu". Pikiran saya, mungkin Will jadi pendiam, suka menyendiri karena kangen sama keluarganya. Secara, setelah jadi hantu, Will kan di Bandung. Barangkali, Will mau bertemu keluarganya.

Tapi ternyata saya salah. Salah besarrrrr. William jadi pribadi yang introvert memang ada sebabnya. Tapi, itu justru diluar perkiraan saya.
Walhasil, baca cerita ini baru sampai chapter 2 saja sudah sukses bikin saya nahan tangis. Saya tahan, karena bacanya pas di kampus, lagi nunggu dosen. Jadi malu kalau nangis kan?

Sempat ragu untuk lanjut ke chapter selanjutnya. Khawatir makin kesana makin ga bisa nahan tangis. Tapi, lagi-lagi saya salah.

Saya malah bisa abisin novel ini dengan sekali baca. Tanpa pindah-pindah tempat duduk . I bet this is because Teh Risa writes perfectly. She knows how to build the tensions, makes the reader keep wondering about next chapter would be like. Teh Risa ini pinter! Beliau gak langsung 'nublek' semuanya terus-terusan. Tapi bikin pembacanya ditarik-ulur gitu rasanya. Nanti deg-degan. Terus melow. Terus senyum. Sampai ada bagian yang bisa bikin saya ketawa.

Gak berasa loh baca novel ini. Tau-tau udah diujung aja. Dan ekspektasi saya dengan novel yang dilabeli horor ini, berubah seketika. Karena menurut saya ini lebih dominan ke bagaimana William hidup, instead of "bagaimana William merenggut nyawa, lalu menjadi hantu". Jadi, masih aman nih bagi kalian yang penakut tapi penasaran mau baca novel ini.
Menurut saya juga, novel ini membawa pesan loh. Dari William dan all the cast saya belajar:
1. Manusia itu sama. Mau kaya, miskin, sama-sama makhluk Tuhan.
2. Harta itu bisa bikin lupa segala. Sumber dari segala macam godaan ya sepertinya. Tapi, sekaya-kayanya kita, harta gak akan dibawa mati. Gak akan ikut kita ke alam barzah.
3. Berbuat baik itu perlu. Sama siapapun tanpa terkecuali.
4. Dibalik sikap yang bijak, terdapat masalalu yang bergejolak (ini yang paling puol buat saya).

Lalu apa lagi ya?

Ah, iya. Tebal halaman! Jujur, buat saya 190 halaman itu kurang, Teh. (Punten nya  hehe). Tapi untuk orang yang bisa dikatakan pemula, dengan halaman segini sudah lumayan tebal.

Sedikit masukan, saya menemukan beberapa hal kecil yang mungkin kedepannya bisa diperbaiki (untuk cetakan kedua). Ada satu kalimat yang kurang singkron (yang ini saya belum sempat cari lagi bagian mananya. Menyusul disunting setelah ketemu yaaa). Kedua, ada satu kata (sepertinya) yang terpotong (gak ke print). Sebab kata itu ada di ujung kanan halaman (halaman sebelah kanan kita).



Sebagai penutup, saya ingin mengutip kalimat yang sangat saya sukai dari novel ini.

"Jika tak mampu meminta maaf pada orang yang sudah kau sakiti, setidaknya berusahalah agar tak ada orang lain lagi yang akan tersakiti- Kas" (Risa William 75).

Hayooo, para cowok yang suka nyakitin cewek niiihhh. Kalau gengsi minta maaf, banyak alesan buat ngehindarin minta maaf tapi mau berubah lebih baik, perdalam kalimat Kas di atas yaaaa.
Kalau mau tau Kas siapa, cerita William lengkapnya seperti apa, monggo dibeli novelnya hehe.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

T text.

Thing You Can't Hold It on