Petrichor

Tak ada yang meragukan kesegaran udara di pagi hari. Waktu dimana bumi masih terasa begitu  bersahabat. Sinar matahari yang juga masih terasa hangat, menyehatkan. Hujan yang turun ke bumu semalam, menambah derajat kesejukan pagi ini.

Taman ini, biasanya penuh sesak segerombol mahasiswa yang tengah termenung, mencari inspirasi atau hanya sekedar berbincang terasa lebih sepi. Pagi ini begitu istimewa. Bukan hanya udara pagi ini yang sejuk, atau taman yang sepi. Namun, pagi ini terasa istimewa karena petrichor yang begitu semerbak menurut inderaku. Harumnya begitu khas, menyegarkan.

Petrichor seperti penggambaran melalui indera penciuman yang biasanya dilihat dengan indera pengelihatan. Hijau rumput dan tanaman yang terlihat lembab, juga tanah yang yang terasa basah, dipadu dengan sinar matahari. Seperti itulah petrichor.

Petrichor begitu istimewa, sehingga semua orang dengan mudah mengetahuinya. Petrichor yang muncul ketika atau selepas hujan, bahkan lebih indah dari pelangi. Aku bertaruh, makhluk-makhluk hijau di taman ini juga merasakan kesejukannya sama sepertiku. Seperti kembali diisi oleh energi penuh, segar terbarukan.

Well, ini adalah tulisan pertama yang saya buat. Tadinya saya ngga' PD mau majang tulisan ini di blog. Tapi, biar kelihatan perkembangan tulisan saya gimana. Jadi maklum aja, blog ini diberdayakan oleh penulis yang amatir. Yang menulis dengan idenya yang seadanya. :-)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Novel William Karya Risa Saraswati

T text.

Thing You Can't Hold It on